Rabu, 22 Februari 2017

MANAJEMEN BK KUNCI KEMANDIRIAN SISWA

Layanan bimbingan dan konseling adalah sub pendidikan yang kedudukannya sejajar dengan manejemen dan pembelajaran mata pelajaran, yang berfokus pada pengembangan potensi dan ketercapaian tugas perkembangan siswa.  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan menerbitkan Buku Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling SD/SMP/SMA Tahun 2016. Pelaksanaan need assesment (tes atau non tes) menjadi acuan kebutuhan dan mengenal karakteristik siswa. Hasil asessment dianalisis dan dikonfirmasikan kepada pihak yang terkait kemudian dirancang tindakan layanan ke dalam program tahunan, semesteran baik bersifat layanan  individual, kelompok, klasikal dan kelompok besar.  Inilah kunci ketepatan pemberian layanan dengan ketercapaian tugas perkembangan sehingga siswa mampu memenuhi standar kompetensi kemandirian peserta didik (SKKPD).
Dalam Buku Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling SMP Tahun 2016 dan lampiran Permendikbud No. 111 Tahun 2014 dijelaskan juga bagaimana pengelolaan administrasi BK, sarana prasarana yang dibutuhkan, panduan anggaran biaya dan pengembangan diri guru BK. Termasuk diberikannya 2 jam  tatap muka terjadwal secara rutin tiap minggunya untuk melakukan asessment dan memberikan layanan di kelas. Semuanya telah diatur secara apik dan proporsional.
Kenyataannya eksistensi guru BK cenderung dipahami untuk menyelesaikan masalah saja (kuratif) padahal masih ada fungsi preventif, developmental dan advokasi. Ini berdampak pada persepsi dan label yang kurang positif terhadap layanan bimbingan dan konseling. Seolah guru BK adalah polisi sekolah, terfokus pada penegakan disiplin dan pekerjaan lain yang kurang sesuai dengan tupoksi guru BK dan kode etik BK. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi proses pendidikan karena fungsi dan tujuan diselenggarakannya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan tidak terlaksana seutuhnya.
Layanan bimbingan dan konseling adalah layanan khusus  yang  bersifat  psiko-edukatif, dimana pelaksanaannya  diperlukan kolaborasi dan sinergisitas kerja antara guru BK,  guru  mata  pelajaran,  pimpinan  sekolah/madrasah,  staf administrasi,  orang  tua,  dan  pihak  lain yang  dapat membantu  kelancaran proses  dan  pengembangan  siswa  secara utuh  dan  optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, karir, agama dan keluarga. Apabila pelaksanaan manajemen BK di sekolah sesuai dengan peraturan dan buku panduan operasional maka akan tercipta kerjasama yang baik dalam membimbing siswa mencapai tugas perkembangannya yang bermuara kepada terbentuknya mentalitas, kebiasaan dan kepribadiaan siswa yang baik. Oleh sebab itu persepsi, pemahaman, perhatian dan kerja sama oleh semua pihak berpengaruh besar terhadap keterlaksanaan manajemen BK di sekolah.
Di samping itu, guru BKpun berkewajiban untuk memasyarakatkan BK dan menampakkan kinerja sesuai dengan tupoksi dan kode etik BK serta meningkatkan pengembangan diri, wawasan dan kreativitas. Guru BK adalah fasilitator dan tombak utama dalam pembentukan karakter siswa.
Rancangan layanan bimbingan dan konseling menjadi kunci kemandirian siswa untuk memenuhi tugas perkembangannya. Tugas perkembangan yang terjalani dengan baik akan memberikan dampak positif dalam diri siswa. Oleh sebab itu sangat perlu penerapan manajemen BK yang baik, akuntabel dan didukung oleh semua pihak. Salam “BK peduli siswa”.

Kamis, 16 Februari 2012

Pentingnya Do’a Bagi Manusia

Manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Kedua unsur ini mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal-hal yang bersifat materi merupakan pemenuhan kebutuhan untuk unsur jasmani sedangkan kebutuhan untuk rohani adalah hal-hal yang bersifat rohaniah seperti ketenangan, ketenteraman yang diperoleh dari alam religius. Manusia sepantasnya mengasah dan mengokohkan kekuatan batin dengan tindakan religius, seperti ibadah, berdo’a dan berzikir.
Secara umum yang menyebabkan atau yang melatarbelakangi manusia untuk berdo’a adalah:
a.       Panggilan jiwa manusia
Berdo’a adalah salah satu panggilan jiwa manusia yang asli karena menurut  Toto Tasmara, do’a adalah memanggil diri sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan dua jalan, yaitu:
1)      Begitu Adam dan Hawa terperdaya oleh setan untuk memakan buah kuldi, Allah menyeru mereka dalam QS. al-A'raaf 7:22-23
 Artinya: “…Bukankah aku sudah melarang kamu memakan buah pohon itu dan sudah aku peringatkan pula kepada kamu bahwa setan itu adalah musuh kamu lantas seketika itu keduanya berkata “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS. al-Araf 7: 22-23)


Do’a Dalam Perspektif Islam

Sebelum mengkaji segala sesuatu yang berhubungan dengan do’a, sebaiknya diketahui dan dipahami terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan do’a. Pengertian do’a dapat diketahui dari pengertian secara etimologi dan terminologi, yaitu dari segi kebahasaan dan definisi yang dikemukakan oleh para ahli.
Dari segi etimologi (kebahasaan), do’a berasal dari bahasa Arab yaitu dari akar kata دعا- يدعو – دعوة - دعا, artinya seruan, panggilan, permintaan dan permohonan. Kata-kata do’a dalam al-Quran memiliki pengertian yang bermacam-macam, antara lain:
a.       Permintaan, dalam QS. al-Mukmin 40: 60
Artinya: “Dan berkata Tuhanmu “memintalah kamu kepadaKu aku akan mengabulkan permintaanmu itu....” (QS. al-Mu’min 40: 60)
b.      Permohonan, dalam QS. al-Baqarah 2: 23
Artinya: “… dan mohonlah (bantuan) kepada orang-orang yang dapat membantumu….” (QS. al-Baqarah 2: 23)
c.       Panggilan, dalam QS. al-Isra’ 17: 52
Artinya: “ pada hari Ia memanggil kamu…” (QS. al-Isra’17: 52)

d.      Pujian, dalam QS. al-Isra’ 17: 110

Artinya: “Katakanlah, pujilah Allah atau pujilah Ar-Rahman….” (QS. al-Isra’17: 110)

e.       Percakapan, dalam QS. Yunus 10: 10
Artinya: “ Percakapan mereka di dalamnya (surga) ialah Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami…” (QS. Yunus 10: 10)

f.       Ibadah, dalam QS. Yunus 10: 106
Artinya: “ Dan janganlah kamu beribadah kepada yang selain Allah, yaitu kepada sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat kepadamu dan tidak dapat pula memberi mudharat…” ( QS. Yunus 10: 106)

g.      Seruan, dalam QS. an-Nahl 16: 125
Artinya: “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasehat yang baik dan diskusi dengan cara yang lebih baik…” (QS. an-Nahl 16: 125)

Jadi secara bahasa, do’a memiliki makna yang kaya sebagaimana yang diulas di atas. Do'a dapat berarti permintaan, permohonan, panggilan, pujian, percakapan, ibadah atau seruan. Pengertian ini tergantung kepada pemakaian kata do’a dalam tatanan bahasa atau kalimat.
Adapun pengertian do’a secara terminologi dapat dipahami dari efinisi yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini

Senin, 13 Februari 2012

Ciri-Ciri Orang Yang Optimis

M. Hariwijaya dalam bukunya Cara Menjadi Diri Sendiri Guna Meraih Puncak  Prestasi, Strategi Membangun Citra Diri, mengemukakan ciri-ciri orang yang berpikir positif (optimis) sebagai berikut:
a.       Menikmati hidupnya.
b.      Melihat masalah sebagai tantangan
c.  Mensyukuri apa yang dimilikinya dan bukan berkeluh kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya.
d.      Mengenyahkan pikiran negatif setelah pikiran itu terlintas di benaknya.
e.       Tidak mendengarkan gosip yang tidak menentu.
f.       Tidak membuat alasan tapi langsung membuat tindakan.
g.      Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide.
h.      Menggunakan bahasa positif
i.   Menggunakan bahasa tubuh yang positif, seperti wajah yang ramah, senyum, berjalan dengan langkah tegap.
j.        Peduli pada citra diri sehingga orang yang optimis tampil dengan penampilan terbaik.

Orang yang memiliki sikap optimis, umumnya memiliki kualitas diri yang baik. Hal ini tercermin dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Diantaranya adalah:

Jumat, 10 Februari 2012

optimisme dalam perspektif islam

Optimisme berasal dari akar kata optimis dan imbuhan isme (paham, aliran). Optimis artinya sikap pandangan hidup yang dalam segala hal dipandang kebaikannya saja. Adapun isme berarti paham. Jadi optimisme secara etimologi berarti suatu paham (sikap) pandangan hidup yang memandang segi-segi kehidupan dari segi kebaikannya.
Adapun optimisme secara terminologi dapat dipahami dari defenisi yang diutarakan oleh para ahli sebagai berikut:
a.       M.Ali Ghanim Ath-Thawil
Optimis berarti harapan, pandangan yang positif, ketenangan hati, bijaksana dan juga berarti semua aktivitas kebaikan yang mengandung makna optimis.
 
b.      James Drever dalam buku Kamus Psikologi :
Optimis adalah sikap pada bagian individu dalam menghadapi kehidupan atau kejadian-kejadian tertentu, yang cenderung, kadang-kadang sangat kuat untuk menduduki sisi yang penuh dengan harapan: sebuah filsafat hidup dan filsafat alam raya, dicirikan dengan pandangan bahwa “inilah yang terbaik dari semua dunia yang mungkin”.
c.       Ubaydillah
Optimisme berarti meyakini adanya kehidupan yang lebih bagus dan keyakinan itu digunakan untuk menjalankan aksi yang lebih bagus guna meraih hasil atau yang lebih bagus.

d.      Lorens Bagus
Optimisme dalam pengertian psikologi merupakan sikap pikiran yang condong melihat segala sesuatu dari seginya yang baik (afirmasi) terhadap dunia, keterbukaan pada dunia.

e.       Najib Kailani sebagaimana yang dikutip oleh M Ali Ghanim ath-Thawil :
Hakikat optimis adalah aktivitas fisik, ruh dan mental.

            Optimisme memiliki dua pengertian, yaitu: